 |
| Kecelakaan pesawat terbang seperti ini bisa terjadi setiap saat apalagi di negara amburadul seperti Indonesia ini. |
Sebagai warna negara Indonesia yang berjiwa merah putih, Anda jangan pernah sekali-kali membayangkan atau mengharapkan semua pelayanan publik di negara tercinta ini akan sama seperti di negara Singapore apalagi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa sana. Bukan tidak boleh bermimpi tetapi takutnya mimpi tersebut tidak jadi kenyataan lalu Anda stres sendiri jalan mondar-mandir di jalan raya tidak pakai celana. Kasian sekali! Sudah banyak kejadiannya.
Kita tinggal di sebuah negeri yang kacau di mana selain pemimpinnya korup, juga rakyatnya susah diatur. Pemerintah tidak pernah mau tegas dan keras memaksa penduduknya untuk mengikuti aturan main. Salah satu contohnya adalah penumpang pesawat kalau naik pesawat sebelum terbang (take off) atau baru saja mendarat (landed) sudah sibuk telepon sana sini pakai handphone seolah-olah pebisnis besar atau pemimpin dunia. Saat kita menoleh melihat mukanya saja ketahuan orang susah atau eneq mau muntah! Tapi lagaknya itu loh yang bikin tidak tahan. Padahal jelas-jelas panduan penerbangan keamanan internasional mengatakan bahwa sinyal telepon selular bisa membahayakan komunikasi pesawat dengan menara pengawas hingga pesawat benar-benar berhenti di tempatnya. Ini cuma bicara dari sisi penumpang saja.
Jadi sangat berbahaya sekali naik pesawat di negeri Gatotkaca ini. Hitung saja jumlah musibah yang terjadi. Nanti tidak lama lagi bakalan terjadi lagi dan tidak tahu keluarga siapa yang bakalan jadi korbannya. Belum lagi soal pesawat yang sudah tidak terpakai di negara lain dibeli oleh maskapai Indonesia hasil kongkalikong dengan pejabat pembuat dan pengawas regulasi, dicat ulang seolah-olah pesawat baru bermesin baru. Kisah pilot yang mengeluh pesawat kayak bambu terbang, pilot yang sibuk pacaran dengan pramugari di atas pesawat, pilot yang stres habis berantem dengan isterinya lalu mengemudikan pesawat dengan kecepatan penuh, kami rasa juga pernah Anda simak di debat televisi. Celakanya lagi si pilot tidak tewas tetapi penumpang lainnya meninggal. Belum lagi berita soal badan atau bagian pesawat yang jatuh menimpa rumah penduduk, roda yang tidak bisa dibuka, lintasan bandara udara yang super pendek, lintasan yang bergelombang, dsb.
Kita tinggal di sebuah negeri yang kacau di mana selain pemimpinnya korup, juga rakyatnya susah diatur. Pemerintah tidak pernah mau tegas dan keras memaksa penduduknya untuk mengikuti aturan main. Salah satu contohnya adalah penumpang pesawat kalau naik pesawat sebelum terbang (take off) atau baru saja mendarat (landed) sudah sibuk telepon sana sini pakai handphone seolah-olah pebisnis besar atau pemimpin dunia. Saat kita menoleh melihat mukanya saja ketahuan orang susah atau eneq mau muntah! Tapi lagaknya itu loh yang bikin tidak tahan. Padahal jelas-jelas panduan penerbangan keamanan internasional mengatakan bahwa sinyal telepon selular bisa membahayakan komunikasi pesawat dengan menara pengawas hingga pesawat benar-benar berhenti di tempatnya. Ini cuma bicara dari sisi penumpang saja.
Jadi sangat berbahaya sekali naik pesawat di negeri Gatotkaca ini. Hitung saja jumlah musibah yang terjadi. Nanti tidak lama lagi bakalan terjadi lagi dan tidak tahu keluarga siapa yang bakalan jadi korbannya. Belum lagi soal pesawat yang sudah tidak terpakai di negara lain dibeli oleh maskapai Indonesia hasil kongkalikong dengan pejabat pembuat dan pengawas regulasi, dicat ulang seolah-olah pesawat baru bermesin baru. Kisah pilot yang mengeluh pesawat kayak bambu terbang, pilot yang sibuk pacaran dengan pramugari di atas pesawat, pilot yang stres habis berantem dengan isterinya lalu mengemudikan pesawat dengan kecepatan penuh, kami rasa juga pernah Anda simak di debat televisi. Celakanya lagi si pilot tidak tewas tetapi penumpang lainnya meninggal. Belum lagi berita soal badan atau bagian pesawat yang jatuh menimpa rumah penduduk, roda yang tidak bisa dibuka, lintasan bandara udara yang super pendek, lintasan yang bergelombang, dsb.
Kombinasi antara ancaman human error, machine error, fasilitas bandara, cuaca serta ulah penumpang itu sendiri membuat perjalanan orang Indonesia benar-benar bagaikan berjudi koprok. Kalau bandar membuka dadu kecil maka matilah semua taruhan pemain. Kalau negara lain mungkin cuma menghadapi satu dua ancaman seperti cuaca dan masalah teknologi pesawat, kita di Indonesia menghadapi semuanya. Sekali lagi kami ingatkan, betapa bahayanya naik pesawat terbang di negeri ini. Jangan anggap remeh bahwa kecelakaan adalah takdir. Kadang itu bukan takdir tetapi ciptaan manusia sendiri.
Berbagai Kasus Musibah Perjalanan
Berbagai Kasus Musibah Perjalanan
Hari ini pesawat kecelakaan, bulan depan kereta api, bulan depan lagi kapal laut, tabrakan mau di jalan tol, dst. Begitu terus terjadi sebab tidak ada pemimpin mau tegas. Jadi rakyat yang dikorbankan. Masih ingatkan anak pejabat, anak artis, anak pengusaha atau artis yang kecelakaan membuat nyawa orang lain melayang. Sialnya tuh pelaku kenapa tidak mati sekalian juga! Kalau mati pasti terlihat lebih adil. Jadi betapa pentingnya asuransi buat kita masing-masing termasuk asuransi perjalanan.
Untuk memberikan sedikit rasa senang mengenai bahaya kecelakaan pesawat terbang, kami bagikan dua foto nyata rekaman kecelakaan pesawat yang pernah terjadi di Amerika Selatan. Pengambil foto ini pada waktu itu tidak menyadari bahwa pesawat akan mengalami bencana dan dirinya juga ikut terbunuh meninggalkan dua anak dan isterinya di rumah. Bagaimana dan seperti apa suasana kecelakaan di dalam pesawat. Anda bisa melihat terbukanya bagian pesawat dan ada orang yang terlempar ke luar begitu saja. Rekaman ini melalui kamera digitalnya merek Casio Z750i dan meskipun kamera tersebut rusak tetapi berhasil ditemukan dan memorinya masih bisa dipulihkan. Kecelakaan ini menewaskan semua awak pesawat dan penumpangnya. Serem? Ah..tidak kali! Orang Indonesia mana ada matinya!
 |
| Tampak ekor pesawat mulai terbelah dan bagian pesawat jatuh. image: google.com |
 |
| Seorang penumpang sebelah kanan tertarik dan terlempar ke luar. image: google.com |
Sponsored links: