Kartu kredit dipergunakan secara luas di masa sekarang terutama di masa akan datang. |
Kegunaan kartu kredit tidak terlepas dari yang namanya tuntutan hidup zaman modern. Kartu kredit berguna sebagai pengganti uang tunai yang kita pergunakan saat ini. Dengan menggunakan kartu kredit berarti kita menggunakan uang bank terlebih dulu. Boleh dibilang bank menciptakan semacam uang derivatif yang secara makro bisa menggerakkan perekonomian sebuah negara. Namun jika tidak diawasi secara ketat dengan regulasi yang baik, produk kartu kredit juga bisa memporak-porandakan perekonomian sebuah negara. Misalnya banyaknya nasabah kartu kredit yang macet atau ngemplang hutang.
Siklus pola penggunaan kartu kredit kurang lebih adalah:
Sampai di sini tidak ada yang salah dengan siklus atau pola transaksi seperti ini. Kartu kredit bukan sebuah produk yang jahat. Kita sama sekali tidak akan dikenakan bunga ini dan itu jika melunasi tagihan yang datang kepada kita secara penuh. Tentu saja saran terbaik dari kami adalah jika berani memakai harus membayar penuh agar tidak masuk perangkap bankir yang culas. Sangat simpel untuk dipahami dan dimengerti. Masalahnya yang sering terjadi bukanlah pada produk kartu kredit itu sendiri melainkan tabiat atau karakter orang yang menggunakan kartu tersebut. Tidak semua orang dewasa meski sudah berumur bahkan jenggotan hingga berlumut memiliki karakter yang baik. Tidak semua orang yang kaya raya itu jujur. Tidak semua orang memiliki daya tahan untuk hidup menderita. Inilah sumber penyakitnya dan bukan produk kartu kredit. Kalau mental dan otaknya maling, tetap saja akan jadi maling. Kalau mental dan otaknya ngutang terus mau hidup enak tanpa bekerja keras, sampai kiamat pun tetap akan ngutang terus. Mau pakai kartu kredit, kartu debit, kartu ATM atau bahkan uang tunai. Sama saja!
Mungkin ada yang bertanya, "Jika siklusnya seperti ini, lalu apa keuntungan yang didapat bank dengan meminjamkan uangnya terlebih dulu? Toh bank tidak mendapatkan bunga, dsb?"
Pertanyaan yang brilian dan sangat bagus. Perlu diketahui bahwa sumber utama pemasukan bank bukan pada biaya-biaya ini itu atau bunga ini dan itu melainkan dari transaksi yang terjadi. Setiap kali kita mengesek kartu kredit untuk berbelanja, maka sekian persen sudah didapatkan bank lewat penyediaan mesin gesek EDC. Bank mengambil untung dari pemilik toko (merchant). Inilah sumber utama pemasukan bank!
Sampai di sini mungkin akan timbul pertanyaan lanjutan, "Jika bank mengambil untung dari toko, berarti toko rugi dong? Atau margin keuntungan pemilik toko menjadi berkurang?"
Jawabannya bisa ya bisa tidak. Tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Jika sebuah toko bisa meraih banyak manfaat dari penerimaan pembayaran lewat kartu kredit, apakah ini berarti toko tersebut atau pemilik toko dirugikan? Tentu tidak bukan? Justru malah sangat diuntungkan. Beberapa keuntungan buat pemilik toko bisa disimak dalam pembahasan "manfaat kartu kredit bagi pengusaha". Sama seperti kita yang menggunakan kartu kredit. Jika dikenakan iuran tahunan atau biaya-biaya lainnya apakah dengan demikian kita menolak kartu kredit karena rugi terus? Tentu konyol bukan? Apakah dengan membawa dompet berisi uang kontan kita akan lebih aman atau dijamin tidak bakalan hidup boros, tidak kecopetang, dirampok, hilang, dll? Tidak ada yang bisa menjamin hal itu.
Tentu saja bank berharap dari produk ini mereka masih bisa meraih keuntungan tambahan dari pengenaan iuran tahunan, biaya keterlambatan, denda, bunga-bunga, dsb. Namun tanpa sumber pemasukan lainnya itu, bank sudah mengambil jatah keuntungan mereka lewat penyediaan mesin gesek kartu. Semakin banyak orang membayar dengan kartu kredit, bank semakin untung. Semakin besar nilai transaksi kartu kredit, semakin besar keuntungan bank. Kurang lebih seperti itu. Jadi bank bukan mengincar nasabah atau pemilik kartu pada dasarnya.
Siklus pola penggunaan kartu kredit kurang lebih adalah:
- Memakai uang bank terlebih dulu
- Bank menagih di bulan depan
- Bayar ke bank
Sampai di sini tidak ada yang salah dengan siklus atau pola transaksi seperti ini. Kartu kredit bukan sebuah produk yang jahat. Kita sama sekali tidak akan dikenakan bunga ini dan itu jika melunasi tagihan yang datang kepada kita secara penuh. Tentu saja saran terbaik dari kami adalah jika berani memakai harus membayar penuh agar tidak masuk perangkap bankir yang culas. Sangat simpel untuk dipahami dan dimengerti. Masalahnya yang sering terjadi bukanlah pada produk kartu kredit itu sendiri melainkan tabiat atau karakter orang yang menggunakan kartu tersebut. Tidak semua orang dewasa meski sudah berumur bahkan jenggotan hingga berlumut memiliki karakter yang baik. Tidak semua orang yang kaya raya itu jujur. Tidak semua orang memiliki daya tahan untuk hidup menderita. Inilah sumber penyakitnya dan bukan produk kartu kredit. Kalau mental dan otaknya maling, tetap saja akan jadi maling. Kalau mental dan otaknya ngutang terus mau hidup enak tanpa bekerja keras, sampai kiamat pun tetap akan ngutang terus. Mau pakai kartu kredit, kartu debit, kartu ATM atau bahkan uang tunai. Sama saja!
Mungkin ada yang bertanya, "Jika siklusnya seperti ini, lalu apa keuntungan yang didapat bank dengan meminjamkan uangnya terlebih dulu? Toh bank tidak mendapatkan bunga, dsb?"
Pertanyaan yang brilian dan sangat bagus. Perlu diketahui bahwa sumber utama pemasukan bank bukan pada biaya-biaya ini itu atau bunga ini dan itu melainkan dari transaksi yang terjadi. Setiap kali kita mengesek kartu kredit untuk berbelanja, maka sekian persen sudah didapatkan bank lewat penyediaan mesin gesek EDC. Bank mengambil untung dari pemilik toko (merchant). Inilah sumber utama pemasukan bank!
Sampai di sini mungkin akan timbul pertanyaan lanjutan, "Jika bank mengambil untung dari toko, berarti toko rugi dong? Atau margin keuntungan pemilik toko menjadi berkurang?"
Jawabannya bisa ya bisa tidak. Tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Jika sebuah toko bisa meraih banyak manfaat dari penerimaan pembayaran lewat kartu kredit, apakah ini berarti toko tersebut atau pemilik toko dirugikan? Tentu tidak bukan? Justru malah sangat diuntungkan. Beberapa keuntungan buat pemilik toko bisa disimak dalam pembahasan "manfaat kartu kredit bagi pengusaha". Sama seperti kita yang menggunakan kartu kredit. Jika dikenakan iuran tahunan atau biaya-biaya lainnya apakah dengan demikian kita menolak kartu kredit karena rugi terus? Tentu konyol bukan? Apakah dengan membawa dompet berisi uang kontan kita akan lebih aman atau dijamin tidak bakalan hidup boros, tidak kecopetang, dirampok, hilang, dll? Tidak ada yang bisa menjamin hal itu.
Tentu saja bank berharap dari produk ini mereka masih bisa meraih keuntungan tambahan dari pengenaan iuran tahunan, biaya keterlambatan, denda, bunga-bunga, dsb. Namun tanpa sumber pemasukan lainnya itu, bank sudah mengambil jatah keuntungan mereka lewat penyediaan mesin gesek kartu. Semakin banyak orang membayar dengan kartu kredit, bank semakin untung. Semakin besar nilai transaksi kartu kredit, semakin besar keuntungan bank. Kurang lebih seperti itu. Jadi bank bukan mengincar nasabah atau pemilik kartu pada dasarnya.
Sponsored links: