Bebas Uang Palsu Dengan Kartu Kredit

bebas uang palsu dengan kartu kredit
Semua mata uang di dunia ada kemungkinan untuk dipalsukan. Harap waspada!
Selama ini yang kita tahu bahwa korban dari penggunaan atau peredaran uang palsu (upal) adalah produsen atau pemilik toko. Secara umum memang begitu. Si pelaku berbelanja dengan uang palsu dan mendapatkan kembalian uang beneran plus barang yang dibeli. Apes benar si penjual. Tetapi tolong simak salah satu kisah yang diceritakan teman kami ini. Merupakan bagian dari sindikat peredaran uang palsu internasional. Mulai sekarang lebih berhati-hati!

Tour ke China

Teman kami berangkat liburan tour ke negeri Tiongkok. Di satu kota di kawasan tertentu, teman kami ini tertarik membeli beberapa barang untuk oleh-oleh. Karena berkunjung ke negeri asing, otomatis dia membawa sejumlah uang dalam pecahan mata uang lokal China (CNY). Kami rasa kita pun akan melakukan hal yang sama atau minimal akan membawa USD agar mudah ditukar. Setelah di sana baru kita tukar lagi ke yuan. Untuk kemudahan membawa uang tunai maka teman kami ini menukarnya dalam pecahan yang paling besar. Jadi lebih ringan sehingga tidak repot. Mungkin untuk ukuran Indonesia adalah pecahan Rp 100.000 per lembar.

Teman kami ini pun mulai menawar dan berbelanja. Untuk memudahkan pemahaman kisah ini, kami asumsikan uangnya adalah dalam bentuk pecahan rupiah. 

Pada saat menanyakan harga barang katakanlah merek A dipatok harga Rp 80.000 oleh si penjual. Karena harganya yang tanggung, tentu lebih mudah bagi teman kami ini (dan kita semua) untuk membayar dengan pecahan Rp 100.000, bukan? Di Indonesia bukankah kita juga sering melakukan hal yang sama? Itulah yang dilakukan oleh banyak turis Indonesia di kawasan perdagangan itu termasuk teman kami ini. Setelah membayar dan penjual menerima uang tersebut, beberapa saat kemudian si penjual berkata, "Maaf, uang kembaliannya lagi kosong," seraya menanyakan, "Apa tidak ada uang pas?" 

Penjual pun menyodorkan kembali uang Rp 100.000 tersebut. Karena butuh barang yang dijual, teman kami ini pun menjawab, "Ada...sebentar," sambil menerima kembali selembar Rp 100.000 tersebut. Uang Rp 80.000 pun dibayarkan kembali ke penjual. Tetapi setelah pulang ke hotel dan besoknya tour ke kota lain, pada saat akan menggunakan pecahan Rp 100.000 yang dikembalikan tersebut, ternyata sudah palsu. Teman kami ini kaget sekali dan mulai bingung apakah mungkin semua uangnya ada terselip uang palsu pada saat ditukar di money changer baik sewaktu di Indonesia atau waktu di China? Rasanya tidak mungkin sebab semuanya sudah dicek dan di money changer terpercaya.

Lalu masalahnya di mana? Tepat sekali! Anda cukup jeli sebab memang uang pecahan Rp 100.000 palsu tersebut sudah diganti oleh si penjual. Sekali gebuk, si penjual mendapatkan Rp 180.000. Luar biasa cerdik dan culasnya.

Tour ke China Kedua Kali

Kasus seperti ini akhirnya merebak sampai ke turis-turis Indonesia lainnya. Dengan demikian turis Indonesia mulai waspada apalagi jika berbelanja di kawasan tersebut. Disarankan untuk berbelanja hanya di toko-toko terpercaya. Tapi dari mana bisa tahu bahwa toko tersebut bisa dipercaya? Kabar buruknya adalah rupanya semua toko di kawasan itu sudah dikuasi oleh jaringan mafia Triad sehingga semuanya melakukan praktek curang seperti ini. Jadi istilahnya kalau kita berbelanja di Tanah Abang maka semua penjual di Tanah Abang berlaku curang. Bisa Anda bayangkan? Biasanya khusus mengincar turis-turis asing yang bodoh atau yang baru pertama kali datang ke China.

Solusinya sudah diajarkan oleh tour guide yakni sebelum membeli dan begitu menawar selalu menanyakan uang kembalian terlebih dulu. Jika si penjual mengatakan ada uang kembalian baru kita menyerahkan pecahan uang yang kita miliki. Jika tidak ada kembalian, kita tidak perlu membeli atau membayar dengan uang pas. Apa yang terjadi selanjutnya?

Hal yang sama kembali terjadi. Pada saat kita sudah menawar dan ingin membeli lalu menanyakan uang kembalian, si penjual menjawab, "Oh..ada Bos." Otomatis kita pun menyerahkan pecahan Rp 100.000. Begitu diterima dan dimasukkan dalam laci, si penjual lalu memohon maaf sambil membuat gerakan penyesalan seraya menepuk jidat, 
"Waduh sorry Bos. Tui pu chi. Saya lupa. Tadi baru saja habis kembalian ke pembeli si anu bla...bla...bla," 
sambil menunjuk ke sana ke mari di keramaian. Padahal itu hanyalah trik. Otomatis uang Rp 100.000 yang dikembalikan tersebut sudah palsu. Berhubung kita masih baru di negeri orang dan tidak hafal betul bentuk asli mata uang lain, kita pasti akan menerima Rp 100.000 tersebut. Jadi panduan menanyakan ada tidaknya uang kembalian terlebih dulu jelas tidak mempan.

Lalu apa solusi terbaiknya? Kita bayar langsung nanti dijawab tidak ada kembalian akhirnya menerima kembali uang palsu. Sebelum kita bayar, kita tanyakan ada uang kembalian apa tidak sudah pasti dijawab ada. Begitu mau dikembalikan, dia bilang tidak ada dan baru saja mengembalikan buat si A atau si B dengan lagak seperti aktor Andy Lau atau Stephen Chow. Ujung-ujungnya kita menerima lagi uang palsu.

Akhirnya solusi paten ditemukan. Otak orang Indonesia memang tidak kalah mafia. Pada saat ingin membeli dan menawar, maka ditanyakan dulu apakah si penjual ada uang kembalian atau tidak. Kalau dijawab tidak ada maka tidak jadi membeli atau membeli dengan uang pas. Tetapi jika dijawab ada, maka meminta si penjual menunjukkan uang kembaliannya terlebih dulu baru menyerahkan uang Rp 100.000. Dengan cerita ini sekarang Anda paham bukan? Korban peredaran uang palsu bukan saja pemilik usaha melainkan juga konsumen seperti kita-kita ini.

Kartu Kredit Menghindarkan Kita Dari Uang Palsu

Kabar buruknya dan ini sedikit menggelisahkan, pola sindikat uang palsu seperti ini merupakan permainan jaringan internasional yang menyebar di berbagai negara dan kota. Bahkan disinyalir di Indonesia pun ada sindikat upal seperti ini. Hanya saja sasaran mereka adalah turis-turis asing yang notabene yang baru pertama kali berkunjung ke Indonesia atau masih awam tentang tekstur, motif atau kertas uang kertas Indonesia. Jadi kalau di China mereka mengincar turis negara lain, maka di Indonesia para pelaku mengincar turis negara lain termasuk turis China juga. Sudah pasti jaringan mafianya ini adalah orang-orang Indonesia sendiri. Begitu juga di Malaysia, Vietnam, Hongkong, Singapore bahkan Amerika Serikat sindikat ini akan terus mengincar mereka yang awam akan negara tujuan. Sungguh luar biasa!! Jangan-jangan di Glodok, Pasar Baru, Pasar Pagi, Pasar Atom, Pasar Turi, Mangga Dua atau di pasar-pasar dekat kota Anda ada sindikat seperti ini. Memang kita tidak akan menemuinya karena mereka mengincar turis asing. Wallahu a'lam...

Dengan menggunakan dan membayar pakai kartu kredit maka kita pun akan terbebas dengan ketakutan seperti ini. Kita tidak akan menerima uang kembalian. Untuk itulah kartu kredit ditemukan dan diciptakan agar bisa menekan peredaran uang palsu yang bisa menimpa siapa saja. Begitu kartu kredit digesek, sebagai konsumen kita tidak perlu lagi uang kembalian, menanyakan uang kembalian dan urusan tetek bengek seperti ini. Sebab kartu kredit membayar pas sebagai mana harganya.

Sponsored links: 
Share on Google Plus

Sekilas Bebas Uang Palsu Dengan Kartu Kredit

Mafiakartukredit.com memberikan informasi, edukasi dan hiburan seputar produk perbankan, dunia bisnis dan ekonomi, khususnya produk kartu kredit. Semoga benar-benar bermanfaat dan menghibur kita semua!